Minggu, 29 Januari 2012

JAMU JAGO, Getok Tular Perkenalkan Produk

Nugraha B. Suprana, Komisaris PT. Jamu Jago
Nugraha B. Suprana, Komisaris PT. Jamu Jago
Banyak cara yang perusahaan lakukan untuk memperkenalkan produk yang mereka jual. Iklan, baik di media cetak ataupun media elektronik, dianggap salah satu cara yang efektif memperkenalkan produk di masyarakat. Namun bagi PT. Jamu Jago, selain iklan, ada cara lain yang perusahaan jamu ini lakukan untuk memperkenalkan produknya. Getok Tular namanya.
Siang itu, AO menyambangi kantor pusat PT. Jamu Jago yang berada di Jalan Ki Mangunsarkoro, Semarang. Menarik, itulah kesan pertama kami saat memasuki kantor berwarna hijau tersebut. Berbeda dengan bangunan yang ada disekitarnya, bangunan kantor Jamu Jago merupakan bangunan tua zaman penjajahan yang tampak terawat dan dipertahankan konstruksi bangunannya. Kemudian kami lanjutkan ke lantai dua. Dan di lantai dua ini kami bertemu dengan Amelia, salah satu staf bagian marketing. Setelah berbincang mengenai maksud kedatangan kami, wanita belia itu kemudian menghantarkan kami ke sebuah ruangan untuk bertemu Komisaris PT. Jamu Jago, Nugraha B. Suprana namanya.
Tampak di depan daun pintu sudah berdiri Nugraha untuk menyambut kami, dan senyum ramah kami dapatkan dari pria berkacamata itu. Perbincangan pun kami mulai. Pertanyaan “Apa kabar Jamu Jago dikrisis seperti sekarang ini?” kami lontarkan kepadanya. “Masih lumayan. Dari segi permintaan memang berkurang, tapi ini tidak terlalu mengkhawatirkan. Malah dengan adanya krisis ini, membuat kami merasa tertantang dan tambah semangat,” jawab Nugraha. Nugraha juga menambahkan bahwa ketidak khawatiran bagi perusahaannya terjadi karena pangsa pasar Jamu Jago sebagian besar ada di dalam negeri.
Produk-produk Jamu Jago sebanyak 80 % dijual ke dalam negeri, sedangkan 20 % lainnya digunakan untuk ekspor. Jamu Buyung Upik, Purwoceng, dan Basmingin merupakan tiga dari ratusan produk yang telah dihasilkan Jamu Jago. Hingga kini, perusahaan jamu yang sudah berumur 90 tahun ini sudah memproduksi sekitar 136 merek jamu. Basmingin yang termasuk kriteria minuman kesehatan merupakan produk yang dijual ke pasaran luar negeri. Negara-negara tujuan ekspor Basmingin antara lain Malaysia, Vietnam, Singapura, Jepang, dan Australia. “Dari kelima negara tadi, Jepang dan Australia mempunyai persyaratan yang agak ketat,” ungkap Nugraha yang merupakan salah seorang generasi dari Bambang Suprana.
Nama besar Jamu Jago sampai bisa menyentuh pasar luar negeri berawal dari seorang TK. Suprana yang meneruskan usaha rumahan milik ibunya. Pria muda ini hampir menghabiskan seluruh waktunya untuk mempelajari dan bereksperimen mengenai metode baru pembuatan jamu. Dan pada 1918, TK. Suprana mendirikan PT. Jamu Jago yang tersohor hingga sekarang. Pabrik Jamu Jago mereka bangun di daerah Srondol, Semarang. Sampai saat ini Jamu Jago telah mempunyai sekitar 2000 karyawan. Penghargaan pun sempat diraih perseroan terbatas ini. Salah satunya adalah penghargaan Monde Selection Bruxelles, Selection Mondiale Des Produits Alimentares dari negara-negara Eropa yang berpusat di Spanyol. Penghargaan ini diberikan berkat produk yang dihasilkan oleh Jamu Jago sangat bermutu dan berkualitas.


Getok Tular.

Purwoceng dan Sayuri, satu dari ratusan produk jamu PT. Jamu Jago
Purwoceng dan Sayuri,
dua dari ratusan produk jamu
PT. Jamu Jago
Salah satu cara perusahaan memperkenalkan produk yaitu dengan menggunakan iklan, baik itu di media cetak atau media elektronik. Namun, kata Nugraha, Jamu Jago dalam memperkenalkan produknya tidak terlalu bergantung iklan. Jamu Jago selalu berusaha memperkenalkan produk mereka langsung ke konsumen. Pengenalan produk ini mereka sebut dengan istilah getok tular.
Sistem getok tular sendiri dilakukan dengan spreading di setiap daerah, artinya, produk-produk Jamu Jago didistribusikan ke tempat-tempat yang khusus menjual jamu. Tak hanya itu, Jamu Jago pun menempatkan di setiap daerah agen-agen yang khusus menjual produk Jamu Jago. Selain kedua cara tersebut, Jamu Jago juga memanfaatkan komunitas penjual jamu gendong untuk menjamah pasar. “Dengan sistem ini, kami rasa lebih efektif, karena konsumen bisa langsung mendapatkan produk kami,” ujar Nugraha yang merupakan sepupu Jaya Suprana ini.
Tak hanya dengan getok tular, ada strategi pemasaran lain yang dilakukan Jamu Jago yaitu dengan menggelar event Pemilihan Ratu Jamu Gendong pada November tahun lalu. Acara yang diselenggarakan di Desa Wisata, Taman Mini Indonesia Indah ini diselenggarakan untuk memberikan apresiasi atas kinerja penjual jamu gendong dalam memperkenalkan produk Jamu Jago. Selain itu, acara ini juga digunakan sebagai stimulus bagi para penjual jamu gendong agar dapat meningkatkan semangat kerja dalam memperkenalkan produk Jamu Jago.
Segmen pasar Jamu Jago bisa dikatakan sempit yaitu hanya orang-orang penikmat jamu,  namun peluang yang mereka miliki masih sangat besar. “Kami tahu market kami sempit, tapi dengan adanya indikasi orang-orang sekarang ini back to nature, membuat peluang kami masih sangat besar,” jelas Nugraha. Untuk mendukung kualitas, Jamu Jago selalu mengedepankan penggunaan bahan alami dalam setiap produknya, mereka pantang memasukkan bahan-bahan kimia. “Bahan yang kami gunakan 100% alami. Mungkin Anda pernah mendengar tentang obat kuat pria dewasa mematikan karena mengandung Sildenafil yang sempat hangat diberitakan. Salah satu produk jamu stamina pria kami, Purwoceng, pernah diteliti oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan karena dicurigai mengandung Sildenafil. Namun setelah diteliti, ternyata hasilnya nihil,” kata Nugraha. Sildenafil Sitrat sendiri lebih dikenal dengan nama Viagra, bila penggunaan tidak sesuai dengan anjuran dokter bisa menyebabkan efek samping yang berbahaya bahkan bisa menyebabkan kematian. Dalam memperoleh bahan dasar jamu, pasokan bahan diambil dari berbagai daerah seperti Wonosobo, Wonogiri, Purworejo, dan beberapa kota di Kalimantan.
Sayuri.
Peluang yang diyakini masih besar membuat Jamu Jago terus melakukan inovasi. Setelah sukses dengan Jamu Buyung Upik dengan membidik anak-anak sebagai target pasar (market to kids), Jamu Jago akhir tahun lalu telah memproduksi produk baru untuk anak-anak dengan nama Sayuri. “Karena melihat dari kebutuhan masyarakat yang anak-anaknya sulit makan dan tidak suka dengan sayur maka Sayuri ini kami ciptakan,” ujar Nugraha. Komposisi Sayuri sendiri terdiri dari Brassica Folium (Kubis), Amaranthus Folium (Bayam), Curcumae Rhizoma (temulawak), Vitamin C, dan beberapa zat gizi lainnya. Jamu dengan berat bersih 8 gram ini dikemas dalam bentuk serbuk. Dengan hanya melarutkan Sayuri dengan air dingin dan ditambahkan beberapa es batu sesuai selera, jamu ini sudah dapat diberikan ke putra atau putri Anda. Tak terlalu sulit memang.
Market to kids yang dilakukan oleh Jamu Jago sehingga berproduksinya Jamu Buyung Upik dan Sayuri ini, menurut Nugraha, berkaitan adanya tendensi orang-orang meninggalkan jamu. Jamu Jago berusaha memupuk kembali penikmat jamu dari anak-anak. Menurut Nugraha, jika anak-anak sudah menjadi penikmat jamu maka jamu bisa kembali jadi pilihan sebagai pengobatan. Nugraha berharap masyarakat mengerti akan pentingnya jamu sebagai pengobatan yang paling aman. “Masyarakat harus hati-hati dengan jamu dan obat-obatan berbahan kimia karena bisa menimbulkan resiko yang besar. Masyarakat bisa kembali ke jamu sebagai alternatif pengobatan, meskipun lebih lama khasiatnya, tapi mempunyai bahaya dan resiko yang kecil,” tutup Nugraha di akhir perbincangan.

Diterbitkan di Majalah Agro Observer Edisi 24
sumber misteergalih.wordpress.com

0 komentar

Posting Komentar